Purbalingga merupakan penyumbang devisa tertinggi di Indonesia dalam hal Industri bulu mata ,selain itu indstri knalpot juga turut meramaikan industri di purbalingga.Berikut artikel-artikel mengenai industri di purbalingga:
<blink>RAMBUT DAN BULU MATA PALSU PURBALINGGA SUMBANG PENDAPATAN TERTINGGI DI INDONESIA</blnk>
Purbalingga – Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah
menyumbangkan 56,10% investasi industri se-Indonesia dengan nilai US$
19.033.000 dari total US$ 21.985.000 dalam skala nasional. Investasi tertinggi
disumbang dari sektor industri rambut dan bulu mata palsu. Staf Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia Andreas Haryanto Ginting mengatakan,
Kementrian Perindustrian RI tertarik bekerja sama dengan Pemkab Purbalingga
mengembangkan industri rambut palsu dan bulu mata palsu di Purbalingga.
“Berdasarkan penelitian PT Lembaga Penelitian,
Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH) telah menyumbangkan
56,10% total investasi industri secara nasional,” kata Andreas disela-sela
paparan PT Lembaga Penelitian, Pengembangan Sumber Daya dan Lingkungan Hidup
(PT LPPSLH) tentang Pengembangan Industri Rambut Palsu/Wig, Bulu Mata Palsu dan
Assesorisnya di Purbalingga, Kamis (27/1).Tidak hanya itu, nilai ekspor rambut
palsu dan bulu mata palsu Purbalingga ke dunia pada tahun 2009 mencapai US$
53.083.602 atau mengalami pertumbuhan sebesar 50,97% dalam waktu setahun.
Bahkan, Amerika Serikat sebagai tujuan utama eksport, mengalami pertumbuhan
eksport hingga 55,28% dengan nilai US$ 46.955.608 pada tahun 2009.Sementara Wakil
Bupati Purbalingga Drs Sukento Ridho Marhaendrianto berharap bantuan pemerintah
pusat dalam mengembangkan industri rambut palsu dan bulu mata palsu di
Purbalingga diarahkan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kedepan,
tenaga kerja Purbalingga bukan diarahkan menjadi buruh semata tapi menjadi
entrepreneur yang bisa menguasai pasar baik lokal maupun internasional.Kita
jangan terlalu berharap pada PMA, karena tenaga kerja kita nantinya hanya
menjadi buruh. Kalau bisa bantuan-dari pemerintah pusat diarahkan pada
plasma-plasma atau UMKM yang ada di pedesaan, BLK-BLK yang bisa menciptakan
entrepreneur baru. Sehingga kesejahteraan itu lebih dirasakan, dan posisi tawar
22.153 tenaga kerja kita lebih tinggi,” tanda Sukento.
Sumber : Pikiran
Rakyat
http://www.purbalinggakab.go.id/komentar-warga/23-purbalingga/teknologi-industri/220-rambut-dan-bulu-mata-palsu-purbalingga-sumbang-pendapatan-tertinggi-indonesiaMenggapai harapan terwujudnya bandara Wirasaba Purbalingga
Purbalingga, (ANTARA News) - Purbalingga yang memiliki luas wilayah
7.777,64 kilometer persegi atau sekitar 2,39 persen luas Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu kabupaten yang pro-investasi.Meskipun kecil, kabupaten ini
dilirik banyak investor asing terutama dari Korea Selatan guna menanamkan
modalnya di bidang industri rambut dan bulu mata palsu di samping investasi
lainnya berupa industri kerajinan kayu yang dilakukan oleh pengusaha asal
Jepang.
Dari 31 industri rambut palsu di Purbalingga, 18 di antaranya merupakan penanaman modal asing (PMA) dari pengusaha asal Korea Selatan.Kendati sektor industri di Purbalingga tumbuh pesat, keberadaan kabupaten ini "sulit" terjangkau karena minimnya sarana transportasi yang memadai.
Dalam hal ini, sarana transportasi umum menuju Purbalingga hanya mengandalkan bus karena jika menggunakan jasa kereta api, harus turun di Stasiun Besar Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dan selanjutnya disambung dengan taksi atau bus.Sementara jika menggunakan pesawat terbang, harus melalui Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, atau terdekat di Bandara Tunggul Wulung Cilacap yang berjarak sekitar 70 kilometer.
Meskipun demikian, Bandara Tunggul Wulung Cilacap hingga saat ini hanya melayani tiga kali jasa penerbangan dalam satu hari, yakni pagi, siang, dan sore dengan tujuan Halim PerdanakusumahJakarta maupun sebaliknya yang dilayani oleh Susi Air.Di Purbalingga sebenarnya ada Lapangan Udara (Lanud) Wirasaba yang berlokasi di Desa Wirasaba,Kecamatan Bukateja.
Akan tetapi, Lanud Wirasaba bukanlah bandara komersial yang melayani penerbangan umum karena tempat ini milik TNI Angkatan Udara sehingga hanya digunakan untuk kepentingan militer.
Sulitnya jasa transportasi menuju Purbalingga ini diakui Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga Agus Winarno yang ditemui ANTARA dalam sebuah kegiatan.
"Berdasarkan informasi dari Kemenko Perekonomian, ada orang Afrika yang menanyakan daerah produsen rambut dan bulu mata palsu. Kementerian pun memberitahukan bahwa rambut dan bulu mata palsu tersebut diproduksi di Purbalingga," katanya.
Akan tetapi, kata dia, orang Afrika tersebut hingga sekarang belum datang ke Purbalingga setelah tahu tidak ada bandara komersial di kabupaten ini.
Menurut dia, para pebisnis sering kali menilai perjalanan dari Jakarta menuju Purbalingga selama lima jam menggunakan kereta api merupakan pemborosan waktu. Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya berharap Lanud Wirasaba yang dikelola oleh TNI Angkatan Udara dapat segera menjadi bandara komersial sehingga mempermudah akses bisnis. Dirintis 2006
Berdasarkan data yang dihimpun dari Bagian Humas Sekretariat Daerah Purbalingga, langkah yang telah ditempuh untuk mewujudkan Lanud Wirasaba sebagai bandara komersial sudah dirintis sejak 2006 dengan melakukan studi kelayakan terhadap pengembangan Lanud Wirasaba.
Selanjutnya, pada 2007 dilakukan penyusunan rencana induk pengembangan (RIP) "master plan" Lanud Wirasaba dan pada tahun itu pula Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) mengeluarkan izin pemanfaatan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial yang tertuang dalam surat KSAU tertanggal 30 April 2007.
Rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial berlanjut pada 2008 dengan penyusunan "Detail Engineering Design (DED) yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan kemudian ditetapkan dalam Peraturan Daerah Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011.
Rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial pun telah dipaparkan di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan pada Juli 2011.
Tekat Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk mewujudkan rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial inipun semakin bulat setelah adanya pertemuan 12 bupati/wali kota dari wilayah Jateng bagian selatan dan barat di Purbalingga awal Februari silam yang dimotori Bupati Banyumas Mardjoko.
"Dalam pertemuan 12 kabupaten/kota wilayah Jateng bagian selatan dan barat, kita sudah sepakat untuk mengembangkan Lanud Wirasaba, guna menunjang perkembangan ekonomi dan pariwisata," kata Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko.
Menurut dia, pengembangan landasan pacu di Lanud Wirasaba masih sangat memungkinkan, jika dibanding perpanjangan landasan Bandara Tunggul Wulung Cilacap.
Ia mengatakan, landasan pacu Wirasaba yang saat ini hanya sekitar 850 meter dapat dikembangkan menjadi 2.500 meter karena lahannya masih sangat memungkinkan.
Sementara Bupati Banyumas Mardjoko menyatakan kesiapannya untuk melakukan lobi dengan para pejabat di Jakarta guna mewujudkan Bandara Wirasaba di Purbalingga.
Kesiapan tersebut dibuktikan dengan kedatangan Bupati Banyumas Mardjoko, Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, Bupati Kebumen Buyar Winarso, dan Bupati Wonosobo Kholiq Arif di Markas Besar TNI Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta, guna menemui KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat dan Panglima Komando Operasi TNI-AU I Marsekal Muda Bagus Puruhito pada 5 September silam untuk membahas rencana pengembangan Lanud Wirasaba.
Pertemuan tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan kunjungan Pangkoops TNI-AU I Marsda Bagus Puruhito di Lanud Wirasaba, Purbalingga, pada 6 September 2012.
"Lampu hijau"
Dalam kunjungannya, Marsda Bagus Puruhito mengatakan, KSAU telah memberikan "lampu hijau" terhadap rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial. “Bagi kami, Angkatan Udara, sangat berterima kasih dengan rencana pengembangan ini karena selain dapat meningkatkan kepentingan ekonomi di wilayah ini, juga dapat mendukung operasi militer jika lanud ini diperbesar," kata dia didampingi Bupati Banyumas Mardjoko, Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko, serta Wakil Bupati Kebumen Djuwarni.
Kendati demikian, dia mengatakan, rencana pengembangan Lanud Wirasaba masih dalam proses perundingan dan nantinya akan dilakukan survei terkait kepentingan pemerintah daerah, masyarakat, dan TNI-AU.
Setelah itu, kata dia, akan dicari bagaimana bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan.
Terkait hal itu, Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko mengatakan, pihaknya bersama bupati di wilayah Jateng selatan-barat akan segera membicarakan rencana pengembangan Lanud Wirasaba termasuk mengurus perizinannya kepada Kementerian Perhubungan.
"Mudah-mudahan tidak terlalu lama. Dengan kondisi seperti saat ini sebenarnya bisa didarati pesawat-pesawat kecil, namun tentunya semua itu ada regulasinya," kata dia menjelaskan.
Sementara pemilik maskapai penerbangan Susi Air yang turut hadir di Lanud Wiraba, Susi Pudjiastuti mengatakan, pihaknya siap membuka rute penerbangan Halim Perdanakusumah-Wirasaba jika sudah ada izinnya.
“Kami masih memiliki kapasitas di Pulau Jawa. Susi Air siapkan 10 persen armadanya untuk Pulau Jawa, Madura, dan Sumatra," katanya.
Terkait rute penerbangan Halim Perdanakusumah-Wirasaba, dia mengatakan, pihaknya akan menyiapkan pesawat jenis Caravan yang berkapasitas 12 penumpang dan sementara hanya satu kali dalam sehari.
"Kita tidak suka transit, Susi Air selalu buka rute `direct` (langsung)," katanya.
Saat ini di Jawa Tengah telah ada empat bandara, dua di antaranya dikelola oleh PT Angkasa Pura I, yakni Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo, sedangkan dua bandara lainnya adalah Bandara Tunggul Wulung Cilacap yang dikelola Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perhubungan Udara Kelas III dan Bandara Dewadaru di Pulau Karimunjawa yang dikelola UPT Ditjen Perhubungan Udara Kelas IV.
Jika Bandara Wirasaba ini terwujud, berarti di Jawa Tengah akan ada lima bandara yang siap melayani jasa penerbangan bagi warga di provinsi ini.
Akan tetapi semua itu tergantung dari izin Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuka bandara baru, salah satunya ketentuan jarak minimal 100 kilometer dengan bandara lainnya, kecuali untuk penerbangan perintis.
Dari 31 industri rambut palsu di Purbalingga, 18 di antaranya merupakan penanaman modal asing (PMA) dari pengusaha asal Korea Selatan.Kendati sektor industri di Purbalingga tumbuh pesat, keberadaan kabupaten ini "sulit" terjangkau karena minimnya sarana transportasi yang memadai.
Dalam hal ini, sarana transportasi umum menuju Purbalingga hanya mengandalkan bus karena jika menggunakan jasa kereta api, harus turun di Stasiun Besar Purwokerto, Kabupaten Banyumas, dan selanjutnya disambung dengan taksi atau bus.Sementara jika menggunakan pesawat terbang, harus melalui Bandara Ahmad Yani Semarang, Bandara Adisutjipto Yogyakarta, atau terdekat di Bandara Tunggul Wulung Cilacap yang berjarak sekitar 70 kilometer.
Meskipun demikian, Bandara Tunggul Wulung Cilacap hingga saat ini hanya melayani tiga kali jasa penerbangan dalam satu hari, yakni pagi, siang, dan sore dengan tujuan Halim PerdanakusumahJakarta maupun sebaliknya yang dilayani oleh Susi Air.Di Purbalingga sebenarnya ada Lapangan Udara (Lanud) Wirasaba yang berlokasi di Desa Wirasaba,Kecamatan Bukateja.
Akan tetapi, Lanud Wirasaba bukanlah bandara komersial yang melayani penerbangan umum karena tempat ini milik TNI Angkatan Udara sehingga hanya digunakan untuk kepentingan militer.
Sulitnya jasa transportasi menuju Purbalingga ini diakui Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga Agus Winarno yang ditemui ANTARA dalam sebuah kegiatan.
"Berdasarkan informasi dari Kemenko Perekonomian, ada orang Afrika yang menanyakan daerah produsen rambut dan bulu mata palsu. Kementerian pun memberitahukan bahwa rambut dan bulu mata palsu tersebut diproduksi di Purbalingga," katanya.
Akan tetapi, kata dia, orang Afrika tersebut hingga sekarang belum datang ke Purbalingga setelah tahu tidak ada bandara komersial di kabupaten ini.
Menurut dia, para pebisnis sering kali menilai perjalanan dari Jakarta menuju Purbalingga selama lima jam menggunakan kereta api merupakan pemborosan waktu. Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya berharap Lanud Wirasaba yang dikelola oleh TNI Angkatan Udara dapat segera menjadi bandara komersial sehingga mempermudah akses bisnis. Dirintis 2006
Berdasarkan data yang dihimpun dari Bagian Humas Sekretariat Daerah Purbalingga, langkah yang telah ditempuh untuk mewujudkan Lanud Wirasaba sebagai bandara komersial sudah dirintis sejak 2006 dengan melakukan studi kelayakan terhadap pengembangan Lanud Wirasaba.
Selanjutnya, pada 2007 dilakukan penyusunan rencana induk pengembangan (RIP) "master plan" Lanud Wirasaba dan pada tahun itu pula Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) mengeluarkan izin pemanfaatan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial yang tertuang dalam surat KSAU tertanggal 30 April 2007.
Rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial berlanjut pada 2008 dengan penyusunan "Detail Engineering Design (DED) yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan kemudian ditetapkan dalam Peraturan Daerah Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011.
Rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial pun telah dipaparkan di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan pada Juli 2011.
Tekat Pemerintah Kabupaten Purbalingga untuk mewujudkan rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial inipun semakin bulat setelah adanya pertemuan 12 bupati/wali kota dari wilayah Jateng bagian selatan dan barat di Purbalingga awal Februari silam yang dimotori Bupati Banyumas Mardjoko.
"Dalam pertemuan 12 kabupaten/kota wilayah Jateng bagian selatan dan barat, kita sudah sepakat untuk mengembangkan Lanud Wirasaba, guna menunjang perkembangan ekonomi dan pariwisata," kata Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko.
Menurut dia, pengembangan landasan pacu di Lanud Wirasaba masih sangat memungkinkan, jika dibanding perpanjangan landasan Bandara Tunggul Wulung Cilacap.
Ia mengatakan, landasan pacu Wirasaba yang saat ini hanya sekitar 850 meter dapat dikembangkan menjadi 2.500 meter karena lahannya masih sangat memungkinkan.
Sementara Bupati Banyumas Mardjoko menyatakan kesiapannya untuk melakukan lobi dengan para pejabat di Jakarta guna mewujudkan Bandara Wirasaba di Purbalingga.
Kesiapan tersebut dibuktikan dengan kedatangan Bupati Banyumas Mardjoko, Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko, Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo, Bupati Kebumen Buyar Winarso, dan Bupati Wonosobo Kholiq Arif di Markas Besar TNI Angkatan Udara, Cilangkap, Jakarta, guna menemui KSAU Marsekal TNI Imam Sufaat dan Panglima Komando Operasi TNI-AU I Marsekal Muda Bagus Puruhito pada 5 September silam untuk membahas rencana pengembangan Lanud Wirasaba.
Pertemuan tersebut selanjutnya ditindaklanjuti dengan kunjungan Pangkoops TNI-AU I Marsda Bagus Puruhito di Lanud Wirasaba, Purbalingga, pada 6 September 2012.
"Lampu hijau"
Dalam kunjungannya, Marsda Bagus Puruhito mengatakan, KSAU telah memberikan "lampu hijau" terhadap rencana pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial. “Bagi kami, Angkatan Udara, sangat berterima kasih dengan rencana pengembangan ini karena selain dapat meningkatkan kepentingan ekonomi di wilayah ini, juga dapat mendukung operasi militer jika lanud ini diperbesar," kata dia didampingi Bupati Banyumas Mardjoko, Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko, serta Wakil Bupati Kebumen Djuwarni.
Kendati demikian, dia mengatakan, rencana pengembangan Lanud Wirasaba masih dalam proses perundingan dan nantinya akan dilakukan survei terkait kepentingan pemerintah daerah, masyarakat, dan TNI-AU.
Setelah itu, kata dia, akan dicari bagaimana bentuk kerja sama yang akan dilaksanakan.
Terkait hal itu, Bupati Purbalingga Heru Sudjatmoko mengatakan, pihaknya bersama bupati di wilayah Jateng selatan-barat akan segera membicarakan rencana pengembangan Lanud Wirasaba termasuk mengurus perizinannya kepada Kementerian Perhubungan.
"Mudah-mudahan tidak terlalu lama. Dengan kondisi seperti saat ini sebenarnya bisa didarati pesawat-pesawat kecil, namun tentunya semua itu ada regulasinya," kata dia menjelaskan.
Sementara pemilik maskapai penerbangan Susi Air yang turut hadir di Lanud Wiraba, Susi Pudjiastuti mengatakan, pihaknya siap membuka rute penerbangan Halim Perdanakusumah-Wirasaba jika sudah ada izinnya.
“Kami masih memiliki kapasitas di Pulau Jawa. Susi Air siapkan 10 persen armadanya untuk Pulau Jawa, Madura, dan Sumatra," katanya.
Terkait rute penerbangan Halim Perdanakusumah-Wirasaba, dia mengatakan, pihaknya akan menyiapkan pesawat jenis Caravan yang berkapasitas 12 penumpang dan sementara hanya satu kali dalam sehari.
"Kita tidak suka transit, Susi Air selalu buka rute `direct` (langsung)," katanya.
Saat ini di Jawa Tengah telah ada empat bandara, dua di antaranya dikelola oleh PT Angkasa Pura I, yakni Bandara Ahmad Yani Semarang dan Bandara Adisumarmo Solo, sedangkan dua bandara lainnya adalah Bandara Tunggul Wulung Cilacap yang dikelola Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen Perhubungan Udara Kelas III dan Bandara Dewadaru di Pulau Karimunjawa yang dikelola UPT Ditjen Perhubungan Udara Kelas IV.
Jika Bandara Wirasaba ini terwujud, berarti di Jawa Tengah akan ada lima bandara yang siap melayani jasa penerbangan bagi warga di provinsi ini.
Akan tetapi semua itu tergantung dari izin Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuka bandara baru, salah satunya ketentuan jarak minimal 100 kilometer dengan bandara lainnya, kecuali untuk penerbangan perintis.
Purbalingga – Ekspor wig alias rambut
palsu dan bulu
mata palsu buatan sejumlah perusahaan di Kabupaten Purbalingga selama
semester pertama 2011 mengalami peningkatan lima persen, kata Ketua Asosiasi
Pengusaha Indonesia (Apindo)
Purbalingga, Saryono.
“Perkembangannya sangat bagus, setiap
perusahaan rata-rata mengalami peningkatan permintaan sekitar lima persen
dibanding tahun sebelumnya,” kata dia, di Purbalingga, Kamis.
Dalam hal ini, dia mencontohkan pengiriman
wig dan bulu
mata palsu dari perusahaan miliknya, PT Tiga Putra Abadi Perkasa
Purbalingga.
Menurut dia, ekspor selama semester pertama
2011 rata-rata mencapai 6.000 pasang.
“Jumlah tersebut imbang antara wig dengan
bulu mata palsu. Sebelumnya di bawah 6.000 pasang,” katanya.
Hingga akhir 2011, kata dia, wig dan bulu
mata palsu buatan Purbalingga diperkirakan masih memiliki pasar menjanjikan di
negara-negara benua Amerika dan Eropa.
Disinggung mengenai kemungkinan adanya
rencana membuka peluang pasar di negara-negara Asia dan Timur Tengah, dia
mengatakan, hingga saat ini pasar bulu mata palsu dan wig Purbalingga masih
terkonsentrasi di Amerika dan Eropa.
“Kami belum berencana membuka pasar di
negara-negara Asia dan Timur Tengah,” kata dia menegaskan.
Seperti diketahui, Purbalingga merupakan
sentra industri
rambut palsu nomor dua di dunia setelah Guangzhou, China.
Di Kabupaten Purbalingga terdapat puluhan industri
rambut palsu dalam skala besar maupun kecil dan 18 diantaranya merupakan penanaman
modal asing (PMA)
dengan investor dari China dan Korea Selatan.
Pada 2008-2009, ekspor rambut palsu dari
Purbalingga sempat mengalami penurunan hingga 25 persen akibat pengaruh krisis
finansial di Amerika Serikat.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop)
Purbalingga, total nilai ekspor dari kabupaten ini ke Amerika Serikat dalam
kondisi normal sekitar Rp3,841 miliar per bulan, berupa rambut palsu, bulu
mata, dan manequin sebanyak 919.404 set.
Sumber: http://kotaperwira.com/ekspor-wig-dan-bulu-mata-palsu-purbalingga-meningkat#ixzz2VJW2Yowf
http://facebook.com/kotaperwiracom
IKJA Bangun Pabrik Khttp://www.antaranews.com/berita/331916/menggapai-harapan-terwujudnya-bandara-wirasaba-purbalingga
Knalpot Baru di Purbalingga
|
Knalpot buatan lokal Indonesia untuk mobil
dipamerkan di IIMS 2012
Purbalingga, KompasOtomotif — PT
Indo Knalpot Jaya Abadi (PT IKJA) dari Purbalingga, Jawa Tengah, berhasil
membuktikannya dengan memasok hasil produksinya ke agen tunggal pemegang merek
(ATPM) ternama dari Jepang. Untuk itu, sejumlah pengusaha Purbalingga yang menjadi
motor di balik IKJA akan membangun pabrik modern berkapasitas 30.000 unit per
bulan dengan investasi Rp 6 miliar.
“Kami telah menandatangani kerja sama dengan sejumlah perusahaan otomotif untuk memasok knalpot," ungkap salah satu pemilik saham IKJA, Muhajirin, yang dilansir Antara, di sela-sela acara peletakan batu pertama pembangunan pabriknya di Desa Blater, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga, Jawa Tengah, kemarin (17/3/2013).Muhajirin menjelaskan, merek yang siap menerima pasokan knalpot dari IKJA adalah Suzuki 1.000 unit dan perusahaan genset Jepang 200 unit per bulan. Produsen lain, Nissan, Esemka, dan PT Pindad dikatakan siap menampung knalpot IKJA. "Kami juga siap memenuhi pesanan knalpot untuk Toyota, 10.000 unit per bulan," bebernya.Bangun pabrik
Pabrik IKJA dibangun di atas lahan 2.000 meter persegi menggunakan permesinan modern senilai Rp 1,2 miliar. Total investasi untuk membangun pabrik mencapai Rp 6 miliar. Jumlah tenaga kerja yang terserap 120 orang dengan target produksi 30.000 knalpot per bulan. "Kami berharap, pembangunan pabrik ini dapat selesai dalam tiga bulan dan segera beroperasi," lanjut Muhajirin.
“Kami telah menandatangani kerja sama dengan sejumlah perusahaan otomotif untuk memasok knalpot," ungkap salah satu pemilik saham IKJA, Muhajirin, yang dilansir Antara, di sela-sela acara peletakan batu pertama pembangunan pabriknya di Desa Blater, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga, Jawa Tengah, kemarin (17/3/2013).Muhajirin menjelaskan, merek yang siap menerima pasokan knalpot dari IKJA adalah Suzuki 1.000 unit dan perusahaan genset Jepang 200 unit per bulan. Produsen lain, Nissan, Esemka, dan PT Pindad dikatakan siap menampung knalpot IKJA. "Kami juga siap memenuhi pesanan knalpot untuk Toyota, 10.000 unit per bulan," bebernya.Bangun pabrik
Pabrik IKJA dibangun di atas lahan 2.000 meter persegi menggunakan permesinan modern senilai Rp 1,2 miliar. Total investasi untuk membangun pabrik mencapai Rp 6 miliar. Jumlah tenaga kerja yang terserap 120 orang dengan target produksi 30.000 knalpot per bulan. "Kami berharap, pembangunan pabrik ini dapat selesai dalam tiga bulan dan segera beroperasi," lanjut Muhajirin.
Thanks
BalasHapusSemoga saja bandara wirasaba cepat di bangun dan di komersialkan karena adanya transportasi udara akan mempercepat pertumbuhan ekonomi di wilayah purbalingga.jujur purbalingga itu menurut saya istimewa karena banyaknya tempat wisata alam dan wisata air sperti owabong dll.di samping itu purbalingga jg banyak sekali industri pabrik dan kota sejuk tenang,nyaman dan aman bs jd tujuan wisatawan yg mau melepas cape lelah dan kebisingan kota seperti jakarta.ya smoga saja cepat terealisasi adanya pembangunan bandara dan fasilitas kota seperti hotel dan mall.amin..
BalasHapusSaya rasa bupati sekarang pak tasdi dan bu tiwi bs merubah purbalingga biar lebih baik lagi dan lbh maju lagi